Teddy Bear Holding A Heart Balloon

Senin, 16 Februari 2015

cerpen "Rasa di Lorong Putih Abu"

Rasa di Lorong Putih Abu

Cerpen : Nur Dini Nuri R


***

Petikan gitar putra yang merdu menemani ku duduk di dekat bibir pantai dengan pemandangan matahari yang sebentar lagi akan kembali keperaduannya.

“ca,pulang yu”


“nanti dulu lah put, aku masih ingin disini”



“ya sudah”

kembali lagi putra  memainkan alat musik yg di bawanya.

“put, sebentar lagi kita akan masuk SMA, dan kamu akan pergi meninggalkanku?” aku memberanikan diri berbicara langsung, dia pun terdiam dan langsung menghampiriku.

“aku tak akan pernah meninggalkanmu ca, kau cinta pertamaku, walaupun nanti aku jauh, aku kan selalu ada untukmu, walaupun itu hanyadengan sebuah pesan singkat”

“benarkah? Kau akan menepati janjimu?”

“hemmm” iapun mengangguk.

Senja kini mulai menghilang tergantikan oleh malam, bulan yg akan di temani bintang siap menggantikan matahari yang sudah waktunya pulang. Tak terasa, hari semakin gelap, tetapi ia masih saja setia menunggu dan menemaniku yang duduk di bibir pantai.


“ca, udah malam sebaiknya kita pulang”


“hmmmm”

Aku dan putra pulang mengendarai sepeda. Perjalanan memang jauh, dari pantai ke rumahku kurang lebih memankan waktu 40 menit. Aku Caca, umurku msih 16 tahun dan masih duduk di bangku SMP, namun sebentar lagi, hanya beberapa minggu lagi aku dan dia akan melanjutkan ke jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yaitu SMA.  Aku mungkin akan terpisahkan jarak dengannya, karena ia akan bersekolah di tempat yang berbeda denganku.

Putra, telah sampai mengantarku pulang. Dan kini dia berpamitan lagi untuk pergi.

“makasih untuk hari ini put”

“sama-sama ca, sebaiknya kau langsung istirahat yah?”

“hmm oke”

“gitu dong” putra mengelus pelan puncak kepalaku. “aku pulang yah sayang”

“iya, hati-hati” ucapku tersenyum. Tak lama dia memajukan sepedanya kencang dan perlahan ku lihat semakin menghilang dari pandanganku. Akupun masuk ke rumah.

Putra adalah kekasihku, sudah lama memang kita menjalin hubungan ini, tetapi kita masih pacaran biasa, yang kadang cuek satu sama lain. Tidak seperti teman-temanku yang lain, yang tiap malam minggu pergi keluar atau sebagainya, aku dan putra memang berbeda. Putra mengerti aku. aku memang dari kalangan keluarga yang agamanya bisa di bilang ketat, dalam artian aku boleh pacaran namun dalam hal positif saja, dan aku bersyukur putra sangat menghargai itu.


@skip

SMA? Ya, bagi pandangan banyak orang, SMA adalah masa sekolah saat dimana hal yang paling indah terjadi, kita sudah mengenal cinta, sakit hati, persahabatan, dan semuanya. Memang iya, SMA adalah saat-saat yang paling indah, dimana kita sudah mulai dewasa dan  tau apa itu cinta, atau bahkan mulai merasakan jatuh cinta, kalo iya, kita harus siap sama yg namanya sakit hati.

“kak, apa kaka pernah jatuh cinta?” dengan penasaran aku bertanya kepada kaka perempuanku.

“pernah, tapi dulu.”


“apa rasanya sama seperti yang aku rasakan saat ini?”
kak Dini pun terdiam sejenak.

“aku selalu merasa nyaman saat di dekatnya, kakak tau putra?”

“putra yang dulu teman SMP mu itu? kaka dengar, dia gak sekolah disini ya ca? ”

“iya, dia sekolah di tempat yang berbeda denganku kak, oh iya,  memang aku sama putra sudah dekat dari dulu” akupun tak berterus terang tentang hubunganku dengannya.

“Kakak tau loh kamu pacaran kan sama dia?”

“ssssssstttt….kaka ! jangan keras-keras nanti ibu denger” ucapku menempatkan jari telunjuku di bibir.

“sudahlah ca, jujur aja sama kaka, tapi memangnya kamu tidak takut jika suatu saat putra meninggalkan kamu demi wanita lain?”

“kenapa kaka berbicara seperti itu?”

“ahhh tidak..kaka hanya sedikit ragu sama dia, apakah dia akan menepati janjinya?”

“insyaalloh aku percaya sama dia kak”

“hm..kaka tau putra anak yang baik, dan jika kamu merasa nyaman di dekatnya, mungkin kau menyukainya. Tapi, kau harus terima resiko apapun yang akan terjadi dalam sebuah hubungan,  Ca, dengerin kaka. cinta bisa hadir kapan saja, dan cinta itu tidak bisa di paksakan, ingat kata-kata itu yah”

“iya kak”

Aku janji ka, rasa cinta  ini tak melebihi rasa cintaku kepada-Nya, dan untuk soal dia akan tergoda dengan wanita lain atau tidak…aku percaya dia bisa menjaga hatinya.
**
@beberapa bulan kemudian

Pagi ini, cahaya matahari masuk dan  membangunkanku. Kokokan ayam pun membantuku sebagai alarm setiap pagiku. Hari ini tepat 3 bulan sudah aku memasuki masa SMA ku, Putra sudah tak lagi berada satu kota denganku. Kemana dia? Ya, dia pergi mengikuti orangtuanya dan bersekolah di sana, sebut saja di sebuah kota yang terbilang jauh dari tempatku. Semoga saja Putra mampu menjaga hatinya untuku. Seiring berjalannya waktu, semakin hari semakin aku merindukannya . setiap pulang sekolah selalu aku lalui bersamanya menaiki sepeda, namun sekarang? hanya aku seorang diri menuntun sepeda ku memalui jalan yang dahulu sering kami lewati bersama. Seketika terlintas namanya dipikiranku. Aku pun berhenti sejenak dan menyunggingkan ujung bibirku sehingga menciptakan sebuah senyuman manis di wajahku. “aku merindukanmu put” kata itu yang selalu aku ucap ketika aku mengingat sosoknya, sejenak ku pejamkan mataku dan tak terasa air mata menetes di pipiku.

Hari ini liburan semester tiba, biasanya 2 minggu anak sekolah akan diberi waktu liburan.
Kring….kring…..

“hallo assalamualaikum..” sapaku kepada penelfon di seberang sana.

“waalaikumsalam, ini aku ca, putra”

“oh iya..gimana kabar kamu disana?”

“aku baik ca, aku betah sekolah disini”

“ohh…syukurlah kalau begitu”

“ahhh iya, kamu lagi apa ca?”

“aku lagi baca buku aja”

“ah….iya”

“ada yang ingin aku bicarakan” ucapku berbarengan sehingga menciptakan tawa. Dan momen ini yang memang sangat aku rindukan.

“yasudah kamu duluan saja” ucap putra.

“iya, begini…” aku menghela nafas sebentar “aku takut kamu seperti embun yang menghilang sebelum pagi berlalu”

“m-maksudnya?”

“kenapa kamu gugup put?”

“ah…ngga ngga, biasa aja kok”

“aku takut kamu tak menepati janjimu”

“hm….ca, aku juga ingin bicara” putra mengalihkan pembicaraan, aku semakin takut, namun aku tidak boleh menunjukan kepadanya.

“iya…”

“maaf sebelumnya ca…”

“ca…..” teriak kak dini . Belum tamat putra berbicara, aku di kagetkan dengan suara kak dini yang memanggilku.

“hm..put, maaf  kapan-kapan aku telfon lagi ya, kamu baik-baik disana”

“tapi ca….”

“assalamualaikum”

“wa- waalaikumsalam”

Ku tutup telfon yang terpasang di meja ruang keluarga itu. Rasanya senang mendegar suaranya. Namun aku gugup juga ketika kak dini menghampiriku.

“siapa yang menelfon?” ucap kak dini mengagetkanku

“ah….anu kak”

“putra?”

“…” akupun mengangguk.

“syukurlah kalau dia menelfonmu”

“tapi kak…”

“kenapa?”

“apa mungkin putra bisa menjaga hatinya disana?”

“lho…kamu kenapa mempunyai pikiran seperti itu?”

“aku sedikit ragu sama dia”

“…”

“akhir-akhir ini putra sering mengabaikan sms dan telfonku”

“mungkin dia sibuk ca”

“ka…sekarang kan sedang masa liburnya, tadi juga….”

“besok kakak akan bertugas ke kota tempat dia tinggal, kamu mau ikut?”

“emangnya boleh?”

“boleh lah, Cuma 3 hari kita di sana, kakak ada tugas kuliah, kakak juga udah bilang sama ibu kok”

“hah? Yaudah kalau gitu caca ikut yah kak, makasih kakak” aku memeluk kakaku ini. aku senang, karena dengan aku ikut, aku bisa bertemu dengan putra, aku tahu alamatnya, namun aku tak berani jika harus kesana sendiri, dan ini kesempatanku untuk bertemu putra. Uuuuh aku senang sekali.

Pagi ini, aku tengah berada di stasiun, bersiap-siap menunggu kereta yang akan membawaku dan kak dini ke kota tempat putra berada. Entah perasaan apa ini, rasanya aku senang sekali, namun aku juga menjadi sedikit gelisah entah karena apa.

“ayo ca, keretanya sudah ada..”

“ahhh iya kak”

Singkat cerita kami sampai di sebuah rumah yang akan kami tinggali untuk sementara, kami menempuh perjalanan selama 30 menit. Sungguh perjalanan yang sangat melelahkan. Aku langsung mengirimkan sms kepada putra, memberitaukan kalau aku berada disini untuk 3 hari kedepan, namun apa yang kudapat? Dia sama sekali tak membalas smsku.

“ca, kamu mau ikut belanja ga bareng kakak?”

“kemana kak? Bukannya kita baru nyampe yah?”

“sebentar saja, tanggung lelah ca, biar ntar ga ribet lagi”

“ahhhh iya iya kak”

Aku menemani kak dini belanja di supermarket yang tak jauh dari tempat kami tinggal. Aku berjalan mengelilingi tempat sayuran, tapi tiba-tiba…
“putra…” kak dini yang berjalan di depanku menepuk punggung seseorang dan menyebut nama putra. Hah ? putra ? apa itu putra pacarku? Aku langsung melihatnya, dan benar dia putra pacarku. Aku senang sekali bisa bertemu dengannya. Tapi siapa wanita ini? wanita ini berdiri di samping putra dengan menggandeng tangan putra. Pandanganku langsung tertuju pada tangan mereka yang bergandengan, putra yang melihatku sedang menatapnya, sontak melepaskan gandengan tangan mereka.

“kak dini, caca…” ucap putra gugup.

“mereka siapa sayang?” ucap wanita itu.

“sayang?”

“…” putra menunduk terdiam.

“siapa dia put?” kak dini bertanya kepada putra.

“eu…dia…dia…”

“kenalin, aku pacarnya putra kak” ucapnya menjulurkan tangan namun kak dini tak mau menjabatnya.

“oooooh jadi selama ini kamu..”

“kak, sudah hentikan, biarkan mereka, lebihbaik kita lanjutkan saja tujuan kita” ucapku menarik tangan kak dini.

“tapi ca..” kak dini menatapku.

“…” aku hanya bisa menganggukan kepala memberi isyarat untuk pergi dari sini. Hatiku sakit ketika wanita itu memperkenalkan diri sebagai kekasihnya putra,  Ingin sekali rasanya aku marah, namun aku harus menahannya.
Tuhan…cobaan apalagi ini ? sungguh sakit rasanya.. sepanjang perjalanan pulang, aku hanya melamun menatap jalan.
Kenapa rasanya begitu sakit, apakah aku terlalu mencintainya ?

“ca…kamu baik-baik saja kan?”

“….”

“ca..hey “ ucap kak dini mengagetkanku.

“ahhh iya kak, kenapa?”

“sudahlah cowok seperti dia jangan dipikirin, percaya sama kakak, masih ada yang lebih baik diluar sana”

“…” aku hanya menjawab dengan memasang senyum palsuku.

Drrrtt…..dddrrt…. hpku bergetar, satu nama muncul di layar hpku, panggilan dari putra. Aku hanya menatapnya tanpa mengangkatnya.

“kenapa ngga diangkat?”

“aku males bicara kak, paling dia mau menjelaskan semuanya”

“yaa itu sih terserah kamu aja ca”
Cekittt~ taksi yang kami tumpangi berhenti, kita sudah sampai, aku keluar dengan langkah gontai dan masih tak percaya dengan semua ini.

“huuuuuuh” kak dini duduk menghempaskan badannya. Akupun mengikutinya dari belakang, masih tanpa mengeluarkan sepatah katapun.

“ca..dari awal kakak ragu sama putra yang tiba-tiba menghilang kalo disms sama kamu, dan beginilah buktinya, tenang ca.. Tuhan sedang memperhatikanmu”

“tapi kak…rasanya tuh sakit banget kak hiks…” akupun akhirnya tak kuasa menahan airmataku, akhirnya kak dini memeluku dan ku tumpahkan semua airmataku.

“stttt…..sudah ca” kak dini menenangkanku.

“..” aku hanya bisa menangis.

“sabar ca… Tuhan lebih sayang kamu, Tuhan ga mau liat kamu jauh lebih sakit dari ini”

“…” akhirnya aku mulai memikirkan kata-kata kak dini. Aku sudah mulai tenang.
~~
Sudah 2 hari ku habiskan disini, tidak ikut meneliti bersama kak dini, aku hanya berdiam di rumah, melamun.
Ting…hp ku berbunyi, satu pesan dari putra
From : Putra
“Ca, aku ingin bicara,nanti sore kita ketemu di taman dekat sekolahku, aku tunggu yah ca”

“Apa maksudnya ini ? putra mengajaku ketemuan ? dasar lelaki” aku ngedumel sendiri. tapi ada hal yang ingin aku bicarakan juga dengannya. Terlintas dipikiranku, aku mengambil kertas dan pulpen, aku mulai menuliskan sesuatu karena pasti aku tidak kuat berbicara nanti, bukannya berbicara, aku pasti menangis.

“untuk putra
Aku memberanikan diri menemuimu hanya untuk memberimu sepucuk surat yang tak berharga ini, karena aku tau, aku akan menangis jika aku mengatakannya langsung.

Putra.. Terimakasih pernah datang dan memberi pelangi disetiap hariku. Terimaksih untuk semua kenangan manis yang kamu ciptakan bersamaku. Terimakasih atas hari-hari yang kamu habiskan hanya untuk menemaniku menatap senja yang akan pulang keperaduannya. Aku tau semua itu tidak akan terulang lagi sekarang. Put, selama kita pacaran, kamu mungkin jenuh denganku.kita memang tidak bisa berbacaran seperti yang lainnya. Maaf put. Oh iya semenjak kita SMA, aku selalu menunggu kabarmu, aku selalu menunggu perhatianmu. aku menyukaimu karena kamu baik, sopan, dan bisa mengerti aku. namun, semenjak kemarin, aku melihat wanita cantik yang mengaku pacar kamu, aku sakit hati put,aku marah? Jelas aku marah. namun entah kenapa aku gabisa marah saat itu, mungkin aku mulai menyayangimu. Sudah dua hari kebelakang, aku selalu menangis mengingat itu, maafkan aku yang mungkin akan menjadi sering menangis hanya karna mengingatmu.

Putra, aku tau kamu lelaki baik, dan kak dini pun percaya itu, tak apa jika kita harus berakhir sampai disini, tapi jaga dia sayangi dia dan beri dia kebahagiaan seperti apa yang kamu berikan dulu untuku. Aku menyayangimu bukan berarti aku harus memilikimu. Hanya itu saja yang ingin aku sampaikan, semoga selalu bahagia bersama dia wanita yang kamu pilih. Tak usah khawatir denganku, kamu tau aku kuat kan ? Sekali lagi, terimakasih untuk semua kenangan yang kau beri dan untuk semuanya J

Salam : caca “

Akhirnya Selang beberapa menit dengan deraian air mata aku selesai menuliskan semuanya dalam kertas dan ku masukan dalam amplop berwarna biru. Akupun mulai membalas sms putra.

Malam ini, cuaca cukup bersahabat. Kak dini belum pulang, memang selama kita disini, kak dini selalu pulang lewat jam 9 malam. maklum, dia sibuk menyelesaikan tugasnya. Aku memutuskan menemuinya di tempat yang di maksud. Awalnya aku ragu, namun…aku juga harus menyampaikan semuanya.

Sampailah aku ditaman dan  ku lihat putra tengah menungguku, duduk dengan memakai sweeter abu-abunya.

“assalamualaikum put” ucapku. Putra menoleh

“eh waalaikumsalam ca, duduk”

“…” akupun tanpa berbicara langsung duduk disebelahnya, namun tidak begitu dekat. Sungguh sakit rasanya, sekarang duduk berduapun menjadi canggung gara-gara kejadian itu.

“ca…”

“iya…”

“sebelumnya aku mau minta maaf, aku ga ngasih tau kalau sebenarnya….”

“tak apa put”  aku memotongnya.

“semuanya sudah ditakdirkan, dan mungkin selama ini aku memang dibodohi olehmu atau mungkin juga aku yang terlalu bodoh bisa sesayang ini sama kamu” aku mulai memberanikan diri berbicara.

“ca…” putra menatapku, namun aku tak membalas tatapannya.

“….” Aku terdiam, Tuhan…aku ingin menangis mencurahkan semuanya, namun aku harus kuat.

“ca…kamu harus kuat, kamu ga boleh lemah depan dia” aku berucap dalam hati menyemangati diri sendiri.

“eum…put, maaf aku harus segera pulang, aku Cuma mau ngasih ini” ucapku menyodorkan sepucuk surat.

“apa ini?” putra mengambilnya.

“kamu  baca saja”

“….”

“aku pergi dulu”

“ca…aku antar yah…” tawar putra. Namun aku terus berjalan, malah mempercepat langkahku , airmataku menetes.
Sesampainya aku dirumah, aku menghempaskan tubuhku ke kasur dan mulai menangis. Mungkin sekarang putra sedang membaca suratnya.

“ca…” suara kak dini memanggilku. Kenapa dia pulang cepat? Untung saja kak dini pulang setelah aku dirumah.

“iyaa kak” aku cepat-cepat menghapus airmataku.

“cepat bereskan pakaianmu, kita nanti malam mau pulang.

“kok cepet kak?”

“tugas kaka sudah selesai”

“ohh iya”
Untung saja aku pandai berekting, jadi dia tidak curiga aku kenapa.
~~

Malam ini, aku pulang meninggalkan tempat dimana putra tinggal.
“terimakasih tuhan”  aku tersenyum bernafas lega. Setelah itu putra mengirimkanku pesan “maafkan aku ca” . walau Cuma pesan singkat.

**
Kejadian itu sudah berlalu beberapa minggu kebelakang, aku kembali ke rutinitasku, yaitu belajar. Mungkin sekarang, aku sudah harus belajar melupakan dia. Aku belajar menerima kenyataan, rasa di masa putih-abu ini hanya sebagai gambaran untuk cinta di masa depanku. Terimakasih sudah memberiku pelajaran berharga J


The end.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar