Tabrakan Cinta Part 2
Cerpen : Nur
Dini Nuri R
“eee maaf
fer, kakak gatau kalo ini kamu” semakin salah tingkah aku ngomong sama dia.
“iya gpp kak, oiya kakak bilang tadi kakak mau nonton sama abangnya yah?”
“iya tapi gajadi” nada suara ku sedikit agak kecewa.
“feri temenin mau kak?”
“gausah de, lagian ga ada film yang rame kok hehe” aku menolak secara halus.
“ada lho kak, siapa bilang ga ada, temen aku kemaren baru nonton sm pacarnya, katanya ada film yg rame, aku jd pengen nonton nih, barengan yu kak nontonnya”
“aduh gtu yah, gimanaaa yah”
“yaaaah, ayolah kak, feri on the way ke rumah kakak yah, kakak siap-siap oke”
“………”
“iya gpp kak, oiya kakak bilang tadi kakak mau nonton sama abangnya yah?”
“iya tapi gajadi” nada suara ku sedikit agak kecewa.
“feri temenin mau kak?”
“gausah de, lagian ga ada film yang rame kok hehe” aku menolak secara halus.
“ada lho kak, siapa bilang ga ada, temen aku kemaren baru nonton sm pacarnya, katanya ada film yg rame, aku jd pengen nonton nih, barengan yu kak nontonnya”
“aduh gtu yah, gimanaaa yah”
“yaaaah, ayolah kak, feri on the way ke rumah kakak yah, kakak siap-siap oke”
“………”
akhirnya aku
meng-iyakan ajakan feri. Tadinya aku Cuman
becandaan doang ngajak bang ricky nonton, tapi yaaa mau gimna lagi. Aku
pun bersiap-siap ganti baju dan berdandan. Agak cuek sih, ga kaya persiapan aku
nonton sama pacar aku, eh mantan maksudnya. Aku hanya pakai celana jeans dan
atasan kaos casual pendek without gardigan atau jaket. Rambut aku, sengaja aku
ikat karena aku tau feri ngajak aku nonton pasti naik motor, aku gamau nanti
rambut aku acak-acakan ih ga banget deeeh, nanti yg ada cowo-cowo pada ilfil
lagi.
selesai aku mengikat rambutku, tiba-tiba suara motor seperti terparkir di halaman rumahku, dan terdengar seseorang mengetuk pintu.
tok..tok..tok.. “asalamualaikum”
“itu pasti suara feri” fikirku. Aku pun segera turun dari kamarku sambil membawa tas yang selalu aku bawa kemanapun aku pergi.
“mba mau kemana? Bibi baru saja mau membuka pintu, soalnya ada tamu kayanya” langkahku terhenti sejenak saat bi inah bertanya kepadaku.
“udah bi gpp, paling itu temen aku. aku mau pergi nonton sebentar bi sama temen, ga akan lama ko, nanti kalo mama sama papa nanyain bilang aja aku pergi sebentar ya bi”.
“oh baik siap non”
aku pun meneruskan langkahku menuju ruang depan. Perlahan ku buka pintu rumahku, dan langsung kulihat feri mengenakan celana jeans, dengan kaos raglan setengah lengan berwarna putih hitam, serta jaket yang selalu tak pernah absen di pakainya.
“eh, feri, yu kita langsung aja”
“gamau pamitan dulu kak?”
“pamitan sama siapa? Org rumah belum pada pulang de”
“hm gitu yah” feri melirik dandanan ku. Risih aku diliatin dia.
“knapa? Ada yg salah? Atau gasuka sama penampilan aku?”
“engga kok kak, feri suka, kesannya kalem, dan cantik hehe”
“ah kamu bisa aja” sedikit menepuk lengan nya.
“yaudah yu kak”
selesai aku mengikat rambutku, tiba-tiba suara motor seperti terparkir di halaman rumahku, dan terdengar seseorang mengetuk pintu.
tok..tok..tok.. “asalamualaikum”
“itu pasti suara feri” fikirku. Aku pun segera turun dari kamarku sambil membawa tas yang selalu aku bawa kemanapun aku pergi.
“mba mau kemana? Bibi baru saja mau membuka pintu, soalnya ada tamu kayanya” langkahku terhenti sejenak saat bi inah bertanya kepadaku.
“udah bi gpp, paling itu temen aku. aku mau pergi nonton sebentar bi sama temen, ga akan lama ko, nanti kalo mama sama papa nanyain bilang aja aku pergi sebentar ya bi”.
“oh baik siap non”
aku pun meneruskan langkahku menuju ruang depan. Perlahan ku buka pintu rumahku, dan langsung kulihat feri mengenakan celana jeans, dengan kaos raglan setengah lengan berwarna putih hitam, serta jaket yang selalu tak pernah absen di pakainya.
“eh, feri, yu kita langsung aja”
“gamau pamitan dulu kak?”
“pamitan sama siapa? Org rumah belum pada pulang de”
“hm gitu yah” feri melirik dandanan ku. Risih aku diliatin dia.
“knapa? Ada yg salah? Atau gasuka sama penampilan aku?”
“engga kok kak, feri suka, kesannya kalem, dan cantik hehe”
“ah kamu bisa aja” sedikit menepuk lengan nya.
“yaudah yu kak”
***
Singkat
cerita aku sampai di bioskop, feri langsung membeli 2 tiket dan 2 popcron.
Sedangkan aku duduk menunggu feri. Dari kejauhan aku seperti melihat putra, “itu putra kan? tapi kenapa dia sama
cewe yah. Mesra-mesraan lagi” gumamku dalam hati. Putra adalah mantan pacar aku
yang mutusin aku Cuma alasan “ga boleh dulu pacaran kata mamanya”. sepertinya
putra juga melihat keberadaan ku di bioskop itu. Aku mencoba menghampiri putra,
tapi putra seakan menghindar dari ku.
“yu kak” feri mengagetkanku ketika aku lagi memastikan kalo itu putra.
“yu kak” feri mengagetkanku ketika aku lagi memastikan kalo itu putra.
Kami pun
masuk, dan menonton film. Selang 1 jam Tak terasa film nya udah selesai juga
kami pun keluar.
“kak..” feri menghentikan langkahku dan berdiri di depanku sambil megang tangan aku. dari kejauhan putra melihat
“kenapa yah de?” aku sedikit malu, karena feri melakukan itu di depan banyak orang yang lalu-lalang di tempat ini.
“kakak mau ga eee………” sepertinya feri akan mengungkapkan perasaaannya kepadaku.
tapi belum selesai feri ngomong, tiba-tiba putra menghampiri kami berdua.
“oooooooooh jadi ini alasan kamu meng-iya kan putus sama aku? terus Cuma gara-gara tabrakan di sekolah, kamu bisa jalan gitu sama dia”
“putra..” jawabku . aku sebenarnya udah gamau melihat putra karena aku masih sakit hati. Aku hanya mencoba memalingkan wajah ku dari hadapannya. Kenapa dia bisa tau awal perkenalan aku sama feri berawal dari tabrakan di sekolah. Sepertinya ada seseorang yang udah certain semuanya ke dia.
“eh kamu, kamu siapa berani-beraninya jalan sama dini?” putra berbicara kepada feri.
“bentar-bentar kak, ini siapa?” feri mencoba bertanya kepadaku tapi tiba-tiba..
“alaaah jangan banyak omong lu” blaaaaaaaaaaam putra menonjok feri sampai feri hampir terjatuh.
“putra stop, apa-apaan sih kamu” aku mencoba menahan putra yang ingin memukul feri lagi.
“aku gasuka kamu jalan sama cowo culun ini”. Putra kembali lagi berusaha ingin memukul feri.
“putra udah.. stop” aku sedikit berbicara agak tinggi ke putra.
“denger yah, kamu ga suka ngeliat aku jalan sama feri, kamu sadar aku siapa kamu? Hah? Bukannya kita udah putus? Bukannya kamu yang mutusin aku? kemana kamu waktu aku butuh kamu? Kamu ga ada put, kemana kamu waktu aku di marahin mama sama papa aku gara-gara aku main sma kamu? Hah? Kemana? Kamu langsung mutusin aku kan? Alasannya kamu belum di ijinin pacaran kan? Terus lagi, aku jalan sama dia bukan gara-gara soal tabrakan di sekolah yah. aku benci sama cowo kaya kamu.” Plaaaak sebuah tamparan aku layangkan ke muka putra, dan Dengan sedikit menangis aku berbicara kepada putra. Putra hanya terdiam.
“ayo fer kita pergi dari sini” aku dan feri meninggalkan putra.
“kak..” feri menghentikan langkahku dan berdiri di depanku sambil megang tangan aku. dari kejauhan putra melihat
“kenapa yah de?” aku sedikit malu, karena feri melakukan itu di depan banyak orang yang lalu-lalang di tempat ini.
“kakak mau ga eee………” sepertinya feri akan mengungkapkan perasaaannya kepadaku.
tapi belum selesai feri ngomong, tiba-tiba putra menghampiri kami berdua.
“oooooooooh jadi ini alasan kamu meng-iya kan putus sama aku? terus Cuma gara-gara tabrakan di sekolah, kamu bisa jalan gitu sama dia”
“putra..” jawabku . aku sebenarnya udah gamau melihat putra karena aku masih sakit hati. Aku hanya mencoba memalingkan wajah ku dari hadapannya. Kenapa dia bisa tau awal perkenalan aku sama feri berawal dari tabrakan di sekolah. Sepertinya ada seseorang yang udah certain semuanya ke dia.
“eh kamu, kamu siapa berani-beraninya jalan sama dini?” putra berbicara kepada feri.
“bentar-bentar kak, ini siapa?” feri mencoba bertanya kepadaku tapi tiba-tiba..
“alaaah jangan banyak omong lu” blaaaaaaaaaaam putra menonjok feri sampai feri hampir terjatuh.
“putra stop, apa-apaan sih kamu” aku mencoba menahan putra yang ingin memukul feri lagi.
“aku gasuka kamu jalan sama cowo culun ini”. Putra kembali lagi berusaha ingin memukul feri.
“putra udah.. stop” aku sedikit berbicara agak tinggi ke putra.
“denger yah, kamu ga suka ngeliat aku jalan sama feri, kamu sadar aku siapa kamu? Hah? Bukannya kita udah putus? Bukannya kamu yang mutusin aku? kemana kamu waktu aku butuh kamu? Kamu ga ada put, kemana kamu waktu aku di marahin mama sama papa aku gara-gara aku main sma kamu? Hah? Kemana? Kamu langsung mutusin aku kan? Alasannya kamu belum di ijinin pacaran kan? Terus lagi, aku jalan sama dia bukan gara-gara soal tabrakan di sekolah yah. aku benci sama cowo kaya kamu.” Plaaaak sebuah tamparan aku layangkan ke muka putra, dan Dengan sedikit menangis aku berbicara kepada putra. Putra hanya terdiam.
“ayo fer kita pergi dari sini” aku dan feri meninggalkan putra.
Kita tidak
meneruskan untuk pulang dahulu, aku mengajak feri untuk duduk di bangku taman
kota
“fer, muka kamu ga apa-apa kan?”
“gpp kak” sambil membenarkan kacamatanya dan seperti menahan sedikit rasa sakit.
“maafin putra yah, dia emang orangnya kaya gtu”
“gpp kak, mungkin kak putra ingin jadi pacar kakak lagi, jadi dia ga suka ngeliat feri jalan sama kakak”
“ga mungkin lah fer, lagian gamungkin juga aku balikan lagi sama dia….” Dengan sedikit mengulik kenangan pahit aku sama putra ke feri, aku menitikan air mata.
“jangan nangis kak…” feri menghapus air mataku. Ketika tangan feri mendarat di pipiku, kami saling bertatapan, matanya indah seperti memancarkan ketulusan walaupun terhalang oleh kacamata yang ia kenakan, dig dag dig dug dig dag dig dug
“ya tuhaaaan jantungku berdebar kencang sekali, apakah ini cinta? Aku melihat pancaran ketulusan cinta yg indah dari matanya tuhan” aku berbicara dalam hati. Tapi bibir feri semakin mendekat ke arah bibir ku..
“eeh… engga kok de” aku mencoba mengalihkan pandanganku dari matanya, dan menghapus air mataku sendiri. feri salah tingkah ketika seakan-akan dia ingin mencium bibirku.
“udah malem kak, kita pulang yu.” Feri membuka jaketnya yang ia pakai.
“nih kak pake jaket feri. Feri takut kakak sakit”. Untuk kedua kalinya feri meminjamkan aku jaket.
“makasih fer”
ketika naik motor, aku meluk feri, rasanya hangat sekali, aku bertanya pada hatiku sendiri,
“ya tuhan, kenapa aku nyaman sekali kalo ada di dekat dia, tapi aku sadar, mungkin dia menganggap saya hanya sebatas teman biasa, aku sayang dia tuhan” aku sedikit tersenyum. Mungkin feri melihat tingkahku, sehingga ia pun tersenyum kembali.
“fer, muka kamu ga apa-apa kan?”
“gpp kak” sambil membenarkan kacamatanya dan seperti menahan sedikit rasa sakit.
“maafin putra yah, dia emang orangnya kaya gtu”
“gpp kak, mungkin kak putra ingin jadi pacar kakak lagi, jadi dia ga suka ngeliat feri jalan sama kakak”
“ga mungkin lah fer, lagian gamungkin juga aku balikan lagi sama dia….” Dengan sedikit mengulik kenangan pahit aku sama putra ke feri, aku menitikan air mata.
“jangan nangis kak…” feri menghapus air mataku. Ketika tangan feri mendarat di pipiku, kami saling bertatapan, matanya indah seperti memancarkan ketulusan walaupun terhalang oleh kacamata yang ia kenakan, dig dag dig dug dig dag dig dug
“ya tuhaaaan jantungku berdebar kencang sekali, apakah ini cinta? Aku melihat pancaran ketulusan cinta yg indah dari matanya tuhan” aku berbicara dalam hati. Tapi bibir feri semakin mendekat ke arah bibir ku..
“eeh… engga kok de” aku mencoba mengalihkan pandanganku dari matanya, dan menghapus air mataku sendiri. feri salah tingkah ketika seakan-akan dia ingin mencium bibirku.
“udah malem kak, kita pulang yu.” Feri membuka jaketnya yang ia pakai.
“nih kak pake jaket feri. Feri takut kakak sakit”. Untuk kedua kalinya feri meminjamkan aku jaket.
“makasih fer”
ketika naik motor, aku meluk feri, rasanya hangat sekali, aku bertanya pada hatiku sendiri,
“ya tuhan, kenapa aku nyaman sekali kalo ada di dekat dia, tapi aku sadar, mungkin dia menganggap saya hanya sebatas teman biasa, aku sayang dia tuhan” aku sedikit tersenyum. Mungkin feri melihat tingkahku, sehingga ia pun tersenyum kembali.
Sampai aku
depan rumah, disana juga terlihat bang ricky yang baru datang dari latihan band
nya.
“woy de, dari mana lu, pacaran mulu kerjaannya” celetos bang ricky.
“abang apaan sih, siapa yang pacaran, aku baru pulang nonton sama temen bang”
“yaelah temen apa temen…?” ejek bang ricky
“alaaaah abang apaan sih, ” asik aku berbincang dengan bang ricky, feri merasa terasingkan.
“kak, feri pamit pulang dulu yah”
“oiya maaf fer, ini jaketnya , makasih yah”
“oh, oke sama-sama. Feri pamit bang”
“oke bro.. hati-hati ya”
“oke sip, mari kak”
“iya.. hati-hati fer”
“cieeelah dini jatuh cinta” dengan senyuman aku sama abang masuk ke dalam rumah.
“woy de, dari mana lu, pacaran mulu kerjaannya” celetos bang ricky.
“abang apaan sih, siapa yang pacaran, aku baru pulang nonton sama temen bang”
“yaelah temen apa temen…?” ejek bang ricky
“alaaaah abang apaan sih, ” asik aku berbincang dengan bang ricky, feri merasa terasingkan.
“kak, feri pamit pulang dulu yah”
“oiya maaf fer, ini jaketnya , makasih yah”
“oh, oke sama-sama. Feri pamit bang”
“oke bro.. hati-hati ya”
“oke sip, mari kak”
“iya.. hati-hati fer”
“cieeelah dini jatuh cinta” dengan senyuman aku sama abang masuk ke dalam rumah.
***
Keesokan
harinya aku mendapati sms dari putra.
“pagi sayang, maafin aku soal semalem yah, aku khilaf, kamu mau kan kita pacaran lagi?” karena aku sebel banget sama putra, aku just read aja pesan dari putra. Lalu, aku siap-siap berangkat sekolah.
aku pergi ke sekolah diantar bang ricky.
“hai dini….i miss you” nia menghampiriku dan memelukku.
“aduuh nia, aku gabisa nafas nih” mencoba melepaskan pelukan nia.
“hehe maaf maaf, gimana lo sama feri?”
aku hanya senyum-senyum.
“cie…lo jadian yah? asiiik PJ nya dong?”
“jadian apaan, engga nia.”
“oiya aku mau cerita, semalem kan feri ngajak aku nonton, nah disana aku ketemu sama si putra”
“hah? Putra mantan lo itu?”
“iya, dia mukul feri, kurang ajar banget kan?”
“dia mukul feri? tapi kok lu biarin sih?”
“engga, aku udah coba nahan dia nia, untungnya aja feri ga di pukul lagi”
“kenpa dia bisa di pukul sih?”
blablabla aku ceritakan semuanya sama nia. Tapi anehnya waktu aku crita soal putra tau aku kenal sama feri dari tabrakan dulu, nia tiba-tiba diam, aneh.
“dini….”
“knapa?”
“sebenernya, yang ngasih tau ke putra kalo lo kenal sama feri awalnya dari tabrakan itu gue“
“apa?”aku terkejut seakan ga percaya. Nia adalah sahabat aku, tapi kenapa dia tega ngelakuin itu.
“maafin gue din, waktu itu…….” Nia menceritakan semuanya secara detail.
“yasudah lah nia, gpp” aku memeluk nia yang sedikit menangis menyesali semua itu.
“pagi sayang, maafin aku soal semalem yah, aku khilaf, kamu mau kan kita pacaran lagi?” karena aku sebel banget sama putra, aku just read aja pesan dari putra. Lalu, aku siap-siap berangkat sekolah.
aku pergi ke sekolah diantar bang ricky.
“hai dini….i miss you” nia menghampiriku dan memelukku.
“aduuh nia, aku gabisa nafas nih” mencoba melepaskan pelukan nia.
“hehe maaf maaf, gimana lo sama feri?”
aku hanya senyum-senyum.
“cie…lo jadian yah? asiiik PJ nya dong?”
“jadian apaan, engga nia.”
“oiya aku mau cerita, semalem kan feri ngajak aku nonton, nah disana aku ketemu sama si putra”
“hah? Putra mantan lo itu?”
“iya, dia mukul feri, kurang ajar banget kan?”
“dia mukul feri? tapi kok lu biarin sih?”
“engga, aku udah coba nahan dia nia, untungnya aja feri ga di pukul lagi”
“kenpa dia bisa di pukul sih?”
blablabla aku ceritakan semuanya sama nia. Tapi anehnya waktu aku crita soal putra tau aku kenal sama feri dari tabrakan dulu, nia tiba-tiba diam, aneh.
“dini….”
“knapa?”
“sebenernya, yang ngasih tau ke putra kalo lo kenal sama feri awalnya dari tabrakan itu gue“
“apa?”aku terkejut seakan ga percaya. Nia adalah sahabat aku, tapi kenapa dia tega ngelakuin itu.
“maafin gue din, waktu itu…….” Nia menceritakan semuanya secara detail.
“yasudah lah nia, gpp” aku memeluk nia yang sedikit menangis menyesali semua itu.
Drrrt….ddrt….
“halo bang” aku mengangkat telfon dari bang ricky.
“lo dimana? Udah pulang? Abang di suruh mamah buat beli kue. Sama lu ya perginya, abis abang ga afal tempatnya”
“dini masih di sekolah bang, yaelaah udah gede juga masa masih dianter beli kue sama ade sendiri, ga malu bang? Udah sendiri aja ah, aku masih ada urusan sama….”
emang dasar kebiasaan abang aku nih ya, kalo lagi telfonan sama aku, belum selesai aku ngomong malah di potong.
“alaaaah abang tau ko, suruh kerumah aja lah pacar lo nya de”
“hah? Pacar? Perasaan dia hanya tau pacar aku si putra deh, itu juga dia taunya udah putus” aku ngomong dalam hati.
“udah de yah, abang kesana sekarang”.
“halo bang” aku mengangkat telfon dari bang ricky.
“lo dimana? Udah pulang? Abang di suruh mamah buat beli kue. Sama lu ya perginya, abis abang ga afal tempatnya”
“dini masih di sekolah bang, yaelaah udah gede juga masa masih dianter beli kue sama ade sendiri, ga malu bang? Udah sendiri aja ah, aku masih ada urusan sama….”
emang dasar kebiasaan abang aku nih ya, kalo lagi telfonan sama aku, belum selesai aku ngomong malah di potong.
“alaaaah abang tau ko, suruh kerumah aja lah pacar lo nya de”
“hah? Pacar? Perasaan dia hanya tau pacar aku si putra deh, itu juga dia taunya udah putus” aku ngomong dalam hati.
“udah de yah, abang kesana sekarang”.
Singkat
cerita aku sama abang aku udah sampai di rumah. Aku nonton siaran bola, karena
yang main tim kesayangan aku “Manchester United” Awalnya sih sendiri, biasanya
suka rame-rame sama mama,papa, abang. tapi baru jam 9 malem aja ini udah pada
tidur.
“MU lawan mana de?” tanya bang ricky.
“tumben lu bangun, Madrid bang” jawabku singkat sambil mengambil bantal kursi dan di taruh di pahaku.
“hm.. oiya de, kemaren tu pacar lo yah?” bang ricky menghampiriku sambil membawa secangkir kopi dan duduk di samping aku.
“yang mana bang?”
“itu yang kemaren ngajak lo nonton, yg pake kacamata itu. Siapa namanya? Fe…fe..”
“oh itu, feri maksud abang?”
“nah iya feri, cakep juga selera lu de” ejek bang feri ngacak-ngacak rambut aku.
“yeeeey, bukan bang, dia mah temen dini”
“tapi kok, bilangnya kakak sih? Emang adik kelas lu de? Apa gimana sih?” bang ricky semakin kepo.
“iya, jadi gini bang ……..” selang aku bercerita kurang lebih setengah jam sambil menonton bola.
“oo…. Jadi awal tau nya dari tabrakan di sekolah? Pas kaki lu sakit de?”
“heem bang, aku juga ga ngerti knapa sikap feri semenjak kejadian itu jadi beda sama aku”
“cieee adik abang jatuh cinta, unik lu dari tabrakan bisa jadi cinta haha” bang ricky melempar bantal kursi kearah muka ku.
“yeee rese amat”
“tidur woy, udah malem”
“oke bang”
“MU lawan mana de?” tanya bang ricky.
“tumben lu bangun, Madrid bang” jawabku singkat sambil mengambil bantal kursi dan di taruh di pahaku.
“hm.. oiya de, kemaren tu pacar lo yah?” bang ricky menghampiriku sambil membawa secangkir kopi dan duduk di samping aku.
“yang mana bang?”
“itu yang kemaren ngajak lo nonton, yg pake kacamata itu. Siapa namanya? Fe…fe..”
“oh itu, feri maksud abang?”
“nah iya feri, cakep juga selera lu de” ejek bang feri ngacak-ngacak rambut aku.
“yeeeey, bukan bang, dia mah temen dini”
“tapi kok, bilangnya kakak sih? Emang adik kelas lu de? Apa gimana sih?” bang ricky semakin kepo.
“iya, jadi gini bang ……..” selang aku bercerita kurang lebih setengah jam sambil menonton bola.
“oo…. Jadi awal tau nya dari tabrakan di sekolah? Pas kaki lu sakit de?”
“heem bang, aku juga ga ngerti knapa sikap feri semenjak kejadian itu jadi beda sama aku”
“cieee adik abang jatuh cinta, unik lu dari tabrakan bisa jadi cinta haha” bang ricky melempar bantal kursi kearah muka ku.
“yeee rese amat”
“tidur woy, udah malem”
“oke bang”
***
Hari rabu
ini pelajaran b.indonesia harusnya, tapi
karena gurunya ada rapat, jadi siswa/i di pulangkan. Seperti biasa aku pulang
sama nia.
“kak dini…” teriak seorang cowo di belakang aku. aku pun menoleh, ternyata itu feri.
“iya kenapa fer?”
“aku mau ngomong sama kakak” saat itu kita bertiga (aku,feri, nia) berada di lapangan basket.
“ngomong ajalah” jawab ku. nia hanya senyum dan mengangguk-angguk.
“e..sebenernya…e…sebenernya..”
“sebenernya kenapa fer? Ko jadi gugup gtu?” jawabku. aku juga sebenernya gugup juga kalo ketemu feri, aneh juga sih, apa bener kata bang ricky, kalo aku jatuh cinta sama dia. Tiba-tiba feri menggenggam tangan aku saat itu.
“kak, sejak tabrakan waktu itu.. jujur, feri suka sama kak dini, sejak jalan sama kakak, feri nyaman kak, feri sayang sama kakak, kakak mau ga jadi pacar feri?” dengan lancarnya feri ngomong gitu dan membuat jantungku berdegup lagi.
“waw….omg, fer, lug a salah nembak si dini?” ujar nia.
“engga lah kak nia. Gimana kak? Kakak mau?”
“em..gimana ya fer, maaf aku gabisa”
feri saat itu langsung down, mukanya yang tadinya senyum sumringah berubah menjadi cemberut, dia langsung melepaskan tanganku dan membetulkan kacamatanya.
“gpp ko kak, feri ngerti.”
“yaaaaaah dini, lu kenapa ga nerima dia sih” tambah nia kecewa.
“aku gabisa fer, aku gabisa nolak kamu haha” aku tertawa.
“yang bener kak?” feri megang tanganku lagi. Aku hanya mengangguk saja.
“yes..haha dari tabrakan menjadi cinta” teriak feri saat itu.
“ah elu ngagetin gue aja. Selamat yaaa ga jomblo lagi deh nih sobat gue haha” nia memeluk ku.
“kak dini…” teriak seorang cowo di belakang aku. aku pun menoleh, ternyata itu feri.
“iya kenapa fer?”
“aku mau ngomong sama kakak” saat itu kita bertiga (aku,feri, nia) berada di lapangan basket.
“ngomong ajalah” jawab ku. nia hanya senyum dan mengangguk-angguk.
“e..sebenernya…e…sebenernya..”
“sebenernya kenapa fer? Ko jadi gugup gtu?” jawabku. aku juga sebenernya gugup juga kalo ketemu feri, aneh juga sih, apa bener kata bang ricky, kalo aku jatuh cinta sama dia. Tiba-tiba feri menggenggam tangan aku saat itu.
“kak, sejak tabrakan waktu itu.. jujur, feri suka sama kak dini, sejak jalan sama kakak, feri nyaman kak, feri sayang sama kakak, kakak mau ga jadi pacar feri?” dengan lancarnya feri ngomong gitu dan membuat jantungku berdegup lagi.
“waw….omg, fer, lug a salah nembak si dini?” ujar nia.
“engga lah kak nia. Gimana kak? Kakak mau?”
“em..gimana ya fer, maaf aku gabisa”
feri saat itu langsung down, mukanya yang tadinya senyum sumringah berubah menjadi cemberut, dia langsung melepaskan tanganku dan membetulkan kacamatanya.
“gpp ko kak, feri ngerti.”
“yaaaaaah dini, lu kenapa ga nerima dia sih” tambah nia kecewa.
“aku gabisa fer, aku gabisa nolak kamu haha” aku tertawa.
“yang bener kak?” feri megang tanganku lagi. Aku hanya mengangguk saja.
“yes..haha dari tabrakan menjadi cinta” teriak feri saat itu.
“ah elu ngagetin gue aja. Selamat yaaa ga jomblo lagi deh nih sobat gue haha” nia memeluk ku.
Emang bener
kata bang ricky, aku bakalan menangin yang lebih dari pacar aku sebelumnya,
akhirnya… berawal dari tabrakan di sekolah, ehhh endingnya jadi cinta hahha
The End
Tidak ada komentar:
Posting Komentar