Teddy Bear Holding A Heart Balloon

Selasa, 26 November 2013

Cerpen Dairy Nisa

Dairy Nisa

Cerpen : Nur Dini Nuri R 

            Sore itu hujan deras sekali, tetes demi tetess air sangat terasa menusuk telingaku sampai aku terbangun dari tidurku. Perlahan ku buka mataku yang ku lihat pertama kali adalah langit2 kamarku yang di penuhi tempelan hiasan bintang yang sangat indah. Aku suka sekali dengan bintang, apalagi bintang Sirius, karena seburuk apapun cuaca di atas sana, dia tetap bersinar terang.


Saat itu, aku merasakan sakit dikepalaku, sehingga aku tertidur pulas, Tak terasa aku membuang waktu 2jam untuk tidur daripada menyelesaikan tugas sekolahku, aneh kenapa akhir2 ini aku sering merasakan sakit di kepala. Tak ada yang tau soal ini. Mama sama Papa, bahkan abang2 aku  pun tak pernah tau apa yang akhir2 ini aku rasakan. Mama sibuk sama temen2 arisannya, Papa sibuk di kantor, Bang Riky sama Bang Reno sibuk kuliah. Tapi ketika sakit itu datang, aku tak bisa tahan. Rasanya itu sakiiiit sekali. Aku seriing menuliskan pengalaman,kejadian ataupun harapan ku dalam sebuah buku, dan buku itu aku namakan Dairy Nisa. 
Namaku Nisa, aku masih kelas 3 SMA aku sekolah di salah satu SMA favorit di jakarta, aku mempunyai 2 saudara, namanya Riky dan Reno. Mereka adalah dua abang aku yang aku sayang, tapi yang paling deket sama aku adalah bang Riky, dia kuliah Di Fakultas jurusan Mesin smt 3, sedangkan bang Reno baru masuk kuliah di fakultas hukum smt 1.
Tok..tok..tok.. “Nisa..” suara mama terdengar lembut didepan pintu kamar tidurku, aku pun dengan lesu membukakan pintu kamarku. Muka ku terlihat pucat dan lelah sekali. “Iya kenapa mah?” jawabku pelan. Karna aku anak perempuan satu2nya di rumah ini, Mama sangat sayang sekali sama aku dibandingkan dengan abang2 ku. “ya ampun nak, kamu kenapa? Muka kamu pucat sekali sayang, kita ke dokter ya” mama memegangi kedua pipiku. Mama panik sekali ketika liat muka aku pucat. “gapapa ko mah, nisa Cuma lelah aja, tadi di sekolah kegiatannya banyak banget” . ku lontarkan senyuman manis sambil liat wajah mama yang matanya berkaca2 gara2 aku. Dan air mata mengalir dari wajah mama “mama jangan nangis, nisa gapapa ko” aku menghapus air mata mama yang saat itu mengalir di pipi nya. Aku berusaha menghiraukan sakit yang aku rasakan.
“Hayo..mama sama nisa lagi pada ngapain?” bang riky datang tiba2 dan mengagetkan aku sama mama, bang riky abang tertua aku. dia sayang sekali sama aku. wajah bang riky yang tadinya ceria, tiba2 menjadi panik setelah dia melihat keadaan ku. “ya ampun nis, kamu kenapa ko pucat sih”  ucap bang riky. Bang reno yang sirik sama aku karna aku anak yang paling dimanja tiba2 datang menghampiri ku dengan membawa segelas teh manis yang sedang di minumnya. “alah, palingan juga nisa pura2 bang, dia kan masih sekolah jadi pinter ngeles nya” ujar sinis bang reno. Entah knapa bang reno sama bang riky sifatnya jauh berbeda. Bang riky orangnya lembut, perhatian, tetapi lain lagi sama bang reno. Dia orangnya suka marah2, apalagi sama aku. mungkin dia ga suka sama aku karena perhatian mama sama papa beda sama aku. tapi aku tidak pernah benci sama bang reno. Aku tetep sayang sama dia. “iya bang riky, bang reno bener..nisa gapapa ko,” jawabku dengan sedikit melontarkan senyuman kepada bang riky.  “ya sudah kamu istirahat ya nis, abang sama mama mau ke bawah dulu” ucap bang riky sambil memapah mama yang saat itu berlinang air mata. Aku pun hanya menganggukan kepala.    Semakin hari sakit itu semakin terasa.
“Ya Alloh, sampai kapan nisa harus  merasakan sakit ini? Nisa lelah ya alloh” .
***
Hari ini hari minggu, aktifitas ku hari ini akan aku tunda, karena aku harus pergi ke dokter untuk memeriksakan sakit ku ini. “Cuaca hari ini lumayan bersahabat. Ga terlalu panas, jadi aku bisa punya alasan untuk pergi belajar kelompok. mama kan ga mungkin ijinin aku pergi keluar sendirian” gumamku dalam hati. Aku langsung siap2, dan buru2 pergi.  Saat itu jam menunjukan pukul 09.00 pagi.
“mudah2an dokternya ga tugas keluar” ucapku sambil berjalan menuju ruang tamu. “Dokter apa nis?” suara bang Riky tiba2 menghentikan langkah kaki ku. Aku berbalik badan “hehe, itu bang, temen nisa mau periksa adiknya yang lagi sakit, jadi nisa mau anterin dia”. Dengan gugup aku menjawab pertanyaan abng ku itu.  Aku gamau bang Riky tau kalau sebenarnya aku yang mau diperiksa. Dengan terpaksa aku berbohong. “oh gitu, yaudah jangan terlalu sore ya nis, abang mau ajak kamu beli kado buat pacar abang”. “oke siap bang”
***
Sampailah aku di sebuah Rumah Sakit, singkat cerita aku duduk sambil menunggu nama ku dipanggil suster. Selang 10 menit tiba2 seorang suster memanggil nama ku. “mba Nisa” .. aku langsung berdiri dan berjalan ke ruangan dokter yang memeriksa ku. “permisi dok” “iya silahkan duduk” akupun duduk. “bagaimana hasilnya dok?” dengan rasa penasaran aku menanyakan hal itu untuk memulai pembicaraan aku dengan dokter yang bernama Dr.Robi itu. Dr.Robi tiba2 membuka sebuah amplop berwarna coklat muda yang bertuliskan nama aku kemudian membaca hasil pemeriksaan nya. “nisa, bisa kamu panggilkan orgtua kamu ke sini?” ucap dokter muda itu. “emangnya knapa dok? Saya sakit apa?” “saya takut kamu ga bisa terima kenyataan ini” ujar Dr.Robi menakuti ku. Dengan jawaban dokter itu aku merasakan takut, tapi aku buang rasa takut itu jauh2, “ga apa2 dok insyaallah saya kuat denger hasil pemeriksaan nya” aku pun mencoba meyakinkan Dr.Robi. “jadi begini, kamu terkena penyakit kanker darah stadium 3, kemungkinan umur kamu tinggal 1bln lagi”. “apa? apa dok?” air mata ku saat itu menetes di pipi. Aku tak menyangka aku punya penyakit itu, dokter memvonis umurku tinggal 1 blan lagi.
Dengan lemahnya Aku berjalan di koridor rumah sakit dengan deraian air mata yang tidak berhenti.

Bersambung 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar