Dairy Nisa
Cerpen : Nur Dini Nuri R
Sore itu hujan deras sekali, tetes demi tetess air sangat terasa menusuk
telingaku sampai aku terbangun dari tidurku. Perlahan ku buka mataku yang ku
lihat pertama kali adalah langit2 kamarku yang di penuhi tempelan hiasan
bintang yang sangat indah. Aku suka sekali dengan bintang, apalagi bintang
Sirius, karena seburuk apapun cuaca di atas sana, dia tetap bersinar terang.
Saat itu, aku
merasakan sakit dikepalaku, sehingga aku tertidur pulas, Tak terasa aku
membuang waktu 2jam untuk tidur daripada menyelesaikan tugas sekolahku, aneh
kenapa akhir2 ini aku sering merasakan sakit di kepala. Tak ada yang tau soal
ini. Mama sama Papa, bahkan abang2 aku pun tak pernah tau apa yang akhir2
ini aku rasakan. Mama sibuk sama temen2 arisannya, Papa sibuk di kantor, Bang
Riky sama Bang Reno sibuk kuliah. Tapi ketika sakit itu datang, aku tak bisa
tahan. Rasanya itu sakiiiit sekali. Aku seriing menuliskan pengalaman,kejadian
ataupun harapan ku dalam sebuah buku, dan buku itu aku namakan Dairy
Nisa.
Namaku Nisa, aku
masih kelas 3 SMA aku sekolah di salah satu SMA favorit di jakarta, aku
mempunyai 2 saudara, namanya Riky dan Reno. Mereka adalah dua abang aku yang
aku sayang, tapi yang paling deket sama aku adalah bang Riky, dia kuliah Di
Fakultas jurusan Mesin smt 3, sedangkan bang Reno baru masuk kuliah di fakultas
hukum smt 1.
Tok..tok..tok..
“Nisa..” suara mama terdengar lembut didepan pintu kamar tidurku, aku pun
dengan lesu membukakan pintu kamarku. Muka ku terlihat pucat dan lelah sekali.
“Iya kenapa mah?” jawabku pelan. Karna aku anak perempuan satu2nya di rumah
ini, Mama sangat sayang sekali sama aku dibandingkan dengan abang2 ku. “ya
ampun nak, kamu kenapa? Muka kamu pucat sekali sayang, kita ke dokter ya” mama
memegangi kedua pipiku. Mama panik sekali ketika liat muka aku pucat. “gapapa
ko mah, nisa Cuma lelah aja, tadi di sekolah kegiatannya banyak banget” . ku
lontarkan senyuman manis sambil liat wajah mama yang matanya berkaca2 gara2
aku. Dan air mata mengalir dari wajah mama “mama jangan nangis, nisa gapapa ko”
aku menghapus air mata mama yang saat itu mengalir di pipi nya. Aku berusaha
menghiraukan sakit yang aku rasakan.
“Hayo..mama sama nisa
lagi pada ngapain?” bang riky datang tiba2 dan mengagetkan aku sama mama, bang
riky abang tertua aku. dia sayang sekali sama aku. wajah bang riky yang tadinya
ceria, tiba2 menjadi panik setelah dia melihat keadaan ku. “ya ampun nis, kamu
kenapa ko pucat sih” ucap bang riky. Bang reno yang sirik sama aku karna
aku anak yang paling dimanja tiba2 datang menghampiri ku dengan membawa segelas
teh manis yang sedang di minumnya. “alah, palingan juga nisa pura2 bang, dia
kan masih sekolah jadi pinter ngeles nya” ujar sinis bang reno. Entah knapa
bang reno sama bang riky sifatnya jauh berbeda. Bang riky orangnya lembut,
perhatian, tetapi lain lagi sama bang reno. Dia orangnya suka marah2, apalagi
sama aku. mungkin dia ga suka sama aku karena perhatian mama sama papa beda
sama aku. tapi aku tidak pernah benci sama bang reno. Aku tetep sayang sama
dia. “iya bang riky, bang reno bener..nisa gapapa ko,” jawabku dengan sedikit
melontarkan senyuman kepada bang riky. “ya sudah kamu istirahat ya nis,
abang sama mama mau ke bawah dulu” ucap bang riky sambil memapah mama yang saat
itu berlinang air mata. Aku pun hanya menganggukan kepala.
Semakin hari sakit itu semakin terasa.
“Ya Alloh, sampai kapan nisa harus merasakan sakit ini? Nisa lelah ya alloh” .
“Ya Alloh, sampai kapan nisa harus merasakan sakit ini? Nisa lelah ya alloh” .
***
Hari ini hari minggu,
aktifitas ku hari ini akan aku tunda, karena aku harus pergi ke dokter untuk
memeriksakan sakit ku ini. “Cuaca hari ini lumayan bersahabat. Ga terlalu
panas, jadi aku bisa punya alasan untuk pergi belajar kelompok. mama kan ga
mungkin ijinin aku pergi keluar sendirian” gumamku dalam hati. Aku langsung
siap2, dan buru2 pergi. Saat itu jam menunjukan pukul 09.00 pagi.
“mudah2an dokternya ga tugas keluar” ucapku sambil berjalan menuju ruang tamu. “Dokter apa nis?” suara bang Riky tiba2 menghentikan langkah kaki ku. Aku berbalik badan “hehe, itu bang, temen nisa mau periksa adiknya yang lagi sakit, jadi nisa mau anterin dia”. Dengan gugup aku menjawab pertanyaan abng ku itu. Aku gamau bang Riky tau kalau sebenarnya aku yang mau diperiksa. Dengan terpaksa aku berbohong. “oh gitu, yaudah jangan terlalu sore ya nis, abang mau ajak kamu beli kado buat pacar abang”. “oke siap bang”
“mudah2an dokternya ga tugas keluar” ucapku sambil berjalan menuju ruang tamu. “Dokter apa nis?” suara bang Riky tiba2 menghentikan langkah kaki ku. Aku berbalik badan “hehe, itu bang, temen nisa mau periksa adiknya yang lagi sakit, jadi nisa mau anterin dia”. Dengan gugup aku menjawab pertanyaan abng ku itu. Aku gamau bang Riky tau kalau sebenarnya aku yang mau diperiksa. Dengan terpaksa aku berbohong. “oh gitu, yaudah jangan terlalu sore ya nis, abang mau ajak kamu beli kado buat pacar abang”. “oke siap bang”
***
Sampailah aku di
sebuah Rumah Sakit, singkat cerita aku duduk sambil menunggu nama ku dipanggil
suster. Selang 10 menit tiba2 seorang suster memanggil nama ku. “mba Nisa” ..
aku langsung berdiri dan berjalan ke ruangan dokter yang memeriksa ku. “permisi
dok” “iya silahkan duduk” akupun duduk. “bagaimana hasilnya dok?” dengan rasa
penasaran aku menanyakan hal itu untuk memulai pembicaraan aku dengan dokter
yang bernama Dr.Robi itu. Dr.Robi tiba2 membuka sebuah amplop berwarna coklat
muda yang bertuliskan nama aku kemudian membaca hasil pemeriksaan nya. “nisa,
bisa kamu panggilkan orgtua kamu ke sini?” ucap dokter muda itu. “emangnya
knapa dok? Saya sakit apa?” “saya takut kamu ga bisa terima kenyataan ini” ujar
Dr.Robi menakuti ku. Dengan jawaban dokter itu aku merasakan takut, tapi aku
buang rasa takut itu jauh2, “ga apa2 dok insyaallah saya kuat denger hasil
pemeriksaan nya” aku pun mencoba meyakinkan Dr.Robi. “jadi begini, kamu terkena
penyakit kanker darah stadium 3, kemungkinan umur kamu tinggal 1bln lagi”.
“apa? apa dok?” air mata ku saat itu menetes di pipi. Aku tak menyangka aku
punya penyakit itu, dokter memvonis umurku tinggal 1 blan lagi.
Dengan lemahnya Aku
berjalan di koridor rumah sakit dengan deraian air mata yang tidak berhenti.
Bersambung
Tidak ada komentar:
Posting Komentar